Untag Terapkan Sistem Siakad

, 25 Januari 2016 - 10:34:40 WIB
Dibaca: 1613 kali

SURABAYA– Perkuliahan dengan memanfaatkan teknologi informasi (TI) semakin familier di sejumlah perguruan tinggi. Setelah Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), kini giliran Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya yang memanfaatkan TI. 


Sistem Informasi Akademik (Siakad) adalah nama program yang kini diterapkan Politeknik Untag. Dengan Siakad, dosen bisa lebih dulu memberikan materi perkuliahan melalui website www.politag.ac.id, bahkan email masing-masing mahasiswa. “Jadi ketika tatap muka, mahasiswa sebelumnya sudah mempelajari materi perkuliahan. Ini menjadikan perkuliahan tatap muka lebih efektif. 

Termasuk saat ada praktikum, maka bisa langsung praktikum karena teorinya sudah disampaikan sebelumnya. Politeknik lebih menuntut mahasiswa banyak praktek. Berbeda dengan universitas yang menggiring mahasiswanya menjadi peneliti. Tatap muka tetap dikedepankan meski ada Siakad,” tutur Direktur Politeknik Untag Surabaya Mulyanto Nugroho, kemarin. 

Menurut Nugroho, ada perbedaan antara kuliah dengan sistem e-learning dengan kuliah kelas jauh yang dilarang Dirjen Dikti. “Kalau kuliah kelas jauh itu kan jarak antara dosen dan mahasiswa lebih dari 60 kilometer. Selain itu materi kuliah dalam satu semester dipadatkan dalam dua kali pertemuan. 

Ini yang dilarang. Tapi kalau elearning itu tetap ada tatap muka,” papar Nugroho yang juga pengajar Akutandi di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) ini. Selain bisa menjadi wadah lalu lintas perkuliahan dalam jaringan, Siakad juga mencantumkan nilai dalam kartu hasil studi (KHS), kurikulum, nama dosen mata kuliah, jadwal kuliah dan data lain seputar perkuliahan. 

“Yang menerapkan elearning di Jatim ini baru ITS dan Politeknik Untag. Kalau di luar negeri banyak, Singapura terutama,” imbuhnya. Untag tidak tanggung-tanggung dalam menginvestasikan anggaran untuk Siakad yang bukan saja dimanfaatkan Politeknik, namun juga universitas. 

“Sedikitnya Rp20 miliar dikucurkan Yayasan Pendidikan 17 Agustus 1945 untuk Siakad dan Politeknik. Termasuk membeli berbagai mesin pendukung yang tidak murah. Mesin-mesin di laboratorium ini untuk menguatkan Politeknik Untag sebagai lembaga pendidikan vokasi,” papar Nugroho. 

Nilai itu memang tidak sebanding dengan total mahasiswa yang baru 120 orang sejak dua tahun Politeknik Untag berdiri. Kebijakan Untag untuk mencetak tenaga kerja siap pakai menjadi salah satu alasan untuk menggelontorkan anggaran besar. Anggaran itu masih belum cukup. Politeknik telah mengajukan hibah Rp5 miliar ke pemerintah guna melengkapi sarana prasarana lain. 

Politeknik Untag memiliki tiga jurusan, Manufaktur, Listrik dan Teknik Industri Pangan. Khusus Manufaktur menjadi jurusan langka lantaran tidak semua lembaga pendidikan membukanya. “Bersamaan MEA ini sudah ada konfirmasi dari beberapa tenaga kerja asal Thailand untuk kuliah di Untag. Mereka nantinya akan bekerja di Jatim. 

Bidang Manufaktur terutama,” tegasnya. Gusti Putri, mahasiswi semester 1 Politeknik Untag mengaku terbantu dengan penerapan Siakad dalam perkuliahan. “Kuliah jadi lebih efisien. Kita bisa mempelajari materi terlebih dulu, dan besoknya tingga menanyakan apa yang belum dipahami, disusul praktek di laboratorium,” kata Putri. Putri dan teman-temannya mengaku biasa mengakses materi kuliah dengan smartphone dan atau tab.